Namaku Drajat Jiwandono, bisa dipanggil Drajat, Dono, atau DJ biar kerenlah hehe.., dari namaku sudah kelihatan bahwa Aku adalah pemuda keturunan jawa. Nama tersebut bukanlah pemberian asli dari Ayahku. Dulu ayah sudah mempersiapkan nama Muhammad Hassan untukku. Namun sayang, karena ayahku seorang perantau beliau tidak sempat mendampingi Ibu saat aku dilahirkan. Ketika aku lahir ayah sedang berada di Jakarta, makanya yang memberi namaku adalah kakekku yang saat itu berada di rumah. Alhamdulillah, saya terlahir sebagai anak kembar, saudara kembarku tadinya mau diberi nama Muhammad Hussen namun nasibnya sama seperti aku, dia diberi nama Drajat Jiwandoko oleh kakekku juga. Kami berdua dilahirkan dua puluh tahun yang lalu di Purbalingga tepatnya tanggal 30 Oktober 1992, Alhamdulillah secara normal dibantu dukun bayi setempat.
Ayahku bernama Iswanto beliau hanya lulusan Sekolah Dasar desa Gemuruh. Beliau berpendidikan rendah bukan karena keinginannya melainkan karena kondisi perekonomianlah yang kurang mendukung pada masa itu. Maklum, orangtua dari ayahku hanyalah seorang buruh tani di desa. Sejak lulus SD ayahku langsung bekerja di sawah dan di peternakan ayam. Pada umur 18 tahun beliau langsung merantau di Jakarta terhitung sampai dengan saat ini. Ibuku bernama Isnaeni Wuryaningsih (disapa Ibu Ningsih) beliau hanya seorang Ibu Rumah Tangga. Taraf pendidikan beliau sedikit lebih tinggi dari ayah yaitu lulusan SMP Rembang. Saya adalah anak pertama dari empat bersaudara, adikku yang kedua bernama Hermawan Dwi Yulianto yang baru masuk SMP Islam Sambas pada tahun ini. Dia juga sama nasibnya seperti aku, dulu sudah dipersiapkan nama Muhammad Rizqi oleh ayahku tetapi karena alasan yang sama akhirnya namanya menjadi seperti sekarang. Adikku yang terakhir bernama Muhammad Zaini Azhar yang baru masuk Taman Kanak-kanak pada tahun ini. Dia adalah satu-satunya anak yang diberi nama langsung oleh ayahku, alhamdulillah Ayah sudah memberi nama terlebih dahulu sebelum Ibu melahirkan. Begitulah dukanya jadi seorang perantau, mau memberi nama anak aja belum tentu kesampaian.
Meskipun saya terlahir dari keluarga yang sederhana bukan berarti impian dan cita-cita saya sederhana. Justru sebaliknya, saya mungkin termasuk pemuda yang mempunyai impian dan cita-cita yang amat besar baik untuk diriku sendiri, keluarga, agama, bangsa dan negara. Saya optimis saya akan meraih mimpi saya dimasa depan. Sekarang saya sedang menimba ilmu di Sekolah Tinggi Sandi Negara (STSN) memasuki semester keenam dari delapan semester yang harus aku tempuh. Hanya segelintir orang yang tau tentang STSN, kebanyakan masyarakat masih salah paham/persepsi tentang STSN. STSN merupakan Perguruan Tinggi Kedinasan (PTK) dibawah naungan Lembaga Sandi Negara (Lemsaneg).
Saya percaya bahwa untuk menggapai kesuksesan tidak cukup dengan unggul di bidang akademik tapi kita juga harus mempunyai softskill. Softskill inilah yang dapat kita peroleh dengan berorganisasi dan bergaul di masyarakat. Selain sebagai mahasiswa, saya aktif di organisasi kemahasiswaan melalui Himpunan Mahasiswa STSN (HIMA-STSN). Tahun kemarin saya dipercaya sebagai staf Biro Perencanaan Kemahasiswaan Humas dan Protokol (PKHP). Tahun ini alhamdulillah saya dipercaya untuk memimpin salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang bergerak di bidang sosial yang bernama Ikatan Mahasiwa Program Kakak Asuh (IMPKA). Saya juga ditunjuk sebagai sekertaris Dewan Kemakmuran Masjid Istiqamah (seperti LDKnya STSN). Namun, belum genap satu tahun menjabat di UKM IMPKA saya mengundurkan diri karena atas izin Allah SWT saya diberi amanah menjadi Ketua Forum Mahasiswa kedinasan Indonesia (FMKI) periode 2014/2015.
Ada hal baru yang sedang saya lakukan, saat ini saya sedang belajar berbisnis sambil kuliah. Alhamdulillah sekarang saya sudah membentuk kelompok usaha pribumi(Pribumi Corporation). Sekarang saya sedang merintis bisnis makanan ringan (snack), peternakan ayam potong sampai peternakan kambing yang lokasinya berada di area lingkungan kampus STSN. Saya mengusung konsep ekonomi berjamaah untuk setiap kegiatan bisnis yang saya lakukan. Saya meyakini bahwa seorang mahasiswa dengan tingkat intelektual yang dimiliki bukan hanya dapat mencari penghasilan tapi lebih dari itu dapat melakukan pemberdayaan masyarakat sekitar dan insyaallah bukan tidak mungkin dapat menciptakan lapangan kerja. Kuncinya adalah adanya kemauan dari mahasiswa tersebut. Saya melakukan semua ini tentu ada tujuannya, yaitu tidak lain adalah ingin menjadikan agenda islam sebagai agenda utama dalam setiap kegiatan yang saya lakukan. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan ridha dan keberkahan atas setiap upaya yang saya lakukan. Amien..